BERBASIS MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING)
Setyawan Sutanto
SMA Fransiskus Bandarlampung
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kreativitas siswa, peningkatan berpikir kritis siswa, serta peningkatan hasil belajar siswa melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kreativitas, berpikir kritis dan hasil belajar siswa. (1) pada siklus I, persentase rata-rata kreativitas siswa sebesar 45% dengan kategori lamban, persentase rata-rata berpikir kritis siswa sebesar 40% dengan kategori lamban dan persentase rata-rata hasil belajar siswa sebesar 63% dengan kategori setara; (2) pasa siklus II, persentase rata-rata kreativitas siswa meningkat menjadi 66% dengan kategori unggul, persentase rata-rata berpikir kritis siswa meningkat menjadi 62% dengan kategori setara dan persentase rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 77% dengan kategori unggul; (3) pada siklus III, persentase rata-rata kreativitas siswa meningkat kembali menjadi 81% dengan kategori sangat unggul, persentase rata-rata berpikir kritis siswa meningkat kembali menjadi 79% dengan kategori sangat unggul dan persentase rata-rata hasil belajar siswa juga meningkat kembali menjadi 83% dengan kategori sangat unggul.
Kata kunci: kreativitas, berpikir kritis, hasil belajar siswa, Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
PENDAHULUAN
Pada proses pembelajaran fisika, banyak siswa yang mengeluhkan kesulitan menerapkan konsep fisika dalam kehidupan sehari–hari. Hal ini terlihat dari kesalahan–kesalahan dalam melakukan praktik yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga, mengakibatkan rendahnya prestasi dan kreativitas siswa baik dalam melakukan praktik, mengerjakan tugas dan ulangan. Padahal dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas guru lebih terbiasa memberikan tugas (pemantapan) secara kontinu berupa latihan soal kepada siswa. Keseluruhan proses pembelajaran di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini mengartikan bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi awal diketahui bahwa kreativitas siswa dan hasil belajar siswa yang masih rendah serta siswa kurang aktif dalam berpikir kritis. Hal ini dapat diketahui dari hasil belajar siswa pada ulangan harian pertama yang rendah dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebesar 75%. Menurut Sanjaya (2011) Hasil belajar merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan proses belajar. Kriteria keberhasilan belajar siswa diukur dari seberapa banyak materi pelajaran dapat dikuasai siswa, akan berbeda proses belajar yang dilakukan dengan kriteria keberhasilan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat memanfaatkan potensi otaknya untuk memecahkan suatu persoalan. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002), “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengalaman dan puncak proses belajar”.
Kreativitas peserta didik perlu juga distimulus supaya muncul dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan kreatifitas dari peserta didik itu sendri yang akan menunjang keberhasilan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan dan memberikan gagasan–gagasan baru, kemampuan untuk membuat gabungan (kombinasi) baru sebagai kemampuan untuk melibatkan hubungan–hubungan baru antara unsur–unsur yang ada sebelumnya, yang penekanannya adalah pada kuantitas, keterampilan, ketetapan dan keragaman jawaban. Menurut Conny R Semiawan (2009) yang mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Dalam proses belajar mengajar, kreativitas merupakan hal yang penting untuk menunjang agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.Supaya dapat menjadi individu kreatif, dibutuhkan kemampuan berpikir yang mengalir lancar, bebas, dan ide yang orisinal yang didapat dari alam pikirannya sendiri. Berpikir kreatif juga menuntut yang bersangkutan memiliki banyak gagasan. Dengan kata lain, agar siswa bisa berpikir harus bisa bersikap terbuka dan fleksibel dalam mengemukakan gagasan. Makin banyak ide yang dicetuskannya menandakan makin kreatif. Kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan disekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Disamping itu salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk Abad 21 diantaranya kemampuan berpikir kritis. Hal ini didukung oleh Sugrah dkk., (2017) yang menyatakan pada abad ke-21 dikenal sebagai abad pengetahuan yang memerlukan
sumber daya manusia dengan kualitas tinggi dengan berbagai keterampilan, salah satunya adalah keterampilan berpikir kritis sehingga sumber daya manusia dapat bersaing dalam mengisi pasar kerja. Menurut Haeruman dkk., (2017) kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan intelektual yang dimiliki seseorang untuk memahami masalah,menganalisis dan dapat memutuskan solusi yang sesuai dari permasalahan tersebut. Berpikir kritis juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan berpikir logis dan reflektif yang fokus pada cara mengambil keputusan yang dapat dipercaya.Sari & Nusantara (2017). Dengan adanya kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh setiap peserta didik diharapakan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dapat teratasi.
Pada proses pembelajaran untuk mengatasi masalah hasil belajar, kreativitas serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa seorang guru perlu melakukan suatu terobosan, diantaranya menggunakan suatu model yang dapat mengakomodasi semuanya. Salah satu model yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Hal ini didukung oleh pendapat Hasmiati dan Rachmawaty (2018) yang menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa serta model tersebut dikembangkan berdasarkan teori belajar konstruktivis sehingga dalam proses pembelajaran, siswa mengonstruk pengetahuannya sendiri dan akhirnya dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. Pada model pembelajaran berbasis masalahsiswa lebih banyak terlibat secara langsung selama proses pembelajaran, siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif, dan dapat menghormati pendapat orang lain.
Berdasarkan uraian di atas , tujuan penelitian ini diantaranya: (1) Mendeskripsikan peningkatan kreativitas siswa (2) Mendeskripsikan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa serta (3) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Fransiskus Bandar Lampung pada semester Ganjil tahun pelajaran 2019/2020. Objek penelitian adalah kreativitas, berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi kreativitas, berpikir kritis dan lembar soal tes hasil belajar. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) oleh Kemmis dan Taggart.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ada tiga faktor yang diteliti dalam penelitian ini yaitu kreativitas dan berpikir kritis siswa, serta hasil belajar pada kemampuan kognitif siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Berdasarkan pelaksanaan tindakan selama 3 siklus yang dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan, diperoleh data kreativitas siswa selama proses pembelajaran mengalami peningkatan.
Data kreativitas siswa terdiri dari empat aspek diantaranya: kreativitas dalam menanggapi permasalahan, kreativitas dalam memecahkan masalah, kreativitas dalam pembuktian penyelesaian masalah melalui percobaan dan kreativitas dalam mempresentasikan hasil kerja. Data kreativitas siswa disetiap siklusnya terdapat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Data rata-rata Kreativitas siswa setiap aspek Persiklus
No | Aspek yang diamati | Nilai Kreativitas | ||
Siklus 1 | Siklus 2 | Siklus 3 | ||
1 | Kreativitas dalam menanggapi permasalahan | 43% | 69% | 85% |
2 | Kreativitas dalam memecahkan masalah | 50% | 68% | 83% |
3 | Kreativitas dalam pembuktian penyelesaian masalah melalui percobaan | 45% | 58% | 79% |
4 | Kreativitas dalam mempresentasikan hasil kerja | 40% | 67% | 78% |
Rata-Rata | 45% | 66% | 81% |
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kreativitas siswa setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I, kreativitas siswa masih berkategori lamban, persentase rata-rata kreativitas siwa dalam kelas hanya mencapai 45%. Sedangkan, pada siklus II kreativitas siswa mengalami peningkatan sebesar 11% menjadi 66% dan masuk pada kategori unggul. Disiklus III, kreativitas siswa telah mencapai kategori sangat unggul dengan persentase rata-rata 81% dengan kenaikan presentase sebesar 15%.
Data berpikir kritis siswa terdiri dari empat aspek diantaranya: berpikir kritis dalam menganalisis permasalahan, berpikir kritis dalam menafsirkan masalah, berpikir kritis dalam mengidentifikasikan alasan serta berpikir kritis dalam menanggapi ide/pendapat lain. Data berpikir kritis siswa disetiap siklusnya terdapat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Data rata-rata Berpikir Kritis Siswa setiap aspek Persiklus
No | Aspek yang diamati | Nilai Berpikir Kritis | ||
Siklus 1 | Siklus 2 | Siklus 3 | ||
1 | Berpikir kritis dalam menganalisis permasalahan | 38% | 63% | 77% |
2 | Berpikir kritis dalam menafsirkan masalah | 43% | 67% | 81% |
3 | Berpikir kritis dalam mengidentifikasikan alasan | 42% | 58% | 81% |
4 | Berpikir kritis dalam menanggapi ide/pendapat lain | 37% | 60% | 76% |
Rata-Rata | 40% | 62% | 79% |
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis siswa setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I, berpikir kritis siswa masih berkategori lamban, persentase rata-rata berpikir kritis siwa dalam kelas hanya mencapai 40% sedangkan pada siklus II berpikir kritis siswa mengalami peningkatan sebesar 22% menjadi 62% dan masuk pada kategori setara. Disiklus III, berpikir kritis siswa telah mencapai kategori sangat unggul dengan persentase rata-rata 79% dengan kenaikan presentase 17%.
Data distribusi hasil belajar siswa diperoleh dengan menggunakan tes disetiap akhir siklusnya yang terlihat seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 3. Data rata-rata hasil belajar Siswa setiap aspek Persiklus
No Soal | Aspek Ranah Kognitif | Nilai Berpikir Kritis | ||
Siklus 1 | Siklus 2 | Siklus 3 | ||
1 | C1 | 83% | 73% | 84% |
2 | C2 | 81% | 67% | 80% |
3 | C3 | 67% | 87% | 83% |
4 | C3 | 58% | 83% | 84% |
5 | C4 | 28% | 76% | 84% |
Rata-Rata | 63% | 77% | 83% | |
Kategori | Setara | Unggul | Sangat Unggul |
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus 1 Hasil belajar siswa sebesar 63% dengan kategori setara. Pada siklus II diperoleh rata-rata nilai hasil belajar siswa sebesar 77% dengan kategori sangat unggul mengalami kenaikkan sebesar 14%. Sedangkan, pada siklus III rata-rata nilai hasil belajar siswa yang diperoleh adalah sebesar 83% dengan kategori sangat unggul dengan kenaikan presentase sebesar 6%.
Berdasarkan pemaparan data hasil penelitian terlihat bahwa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kreativitas, berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan model PBL mengaitkan permasalahan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Model Pembelajaran berbasis masalah memiliki sintaks yaitu: mengorientasikan siswa kepada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Adanya tahapan-tahaapan yang menuntut siswa untuk mandiri membuat kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat Ustino, Koeswanti dan Giarti (2019) menyatakan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dapat membantu siswa dalam mengembangkan kecakapan memecahkan masalah, meningkatkan pemahaman, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan pengetahuan, serta keaktifan dalam mendapatkan pengetahuan pada siswa serta diperkuat dengan Utami, Kritin, dan Anugraheni (2019) Problem Based Learning membuat siswa belajar memecahkan suatu masalah sehingga siswa akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan baru yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Serta didukung dengan pendapat Cut&Agus (2017) yang menyatakan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Disamping itu, penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning secara tidak langsung menuntut kerjasama antar siswa sehingga terjalin komunikasi dan kreativitas dalam menyelesaikan permasalaahan yang ada. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yuan dkk., (2008) yang menyatakan Problem Based Learning juga memfasilitasi siswa untuk saling bertukar pendapat, menganalisis masalah menggunakan berbagai cara, dan memikirkan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan suatu permasalahan.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
- Kreativitas siswa dalam proses pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalahmengalami peningkatan pada siklus I nilai rata-rata kreativitas siswa sebesar 45% tergolong dalam kriteria lamban, pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 11% menjadi 66% tergolong dalam kriteria unggul dan pada siklus III terjadi peningkatan sebesar 15% menjadi 81% dan tergolong dalam kriteria sangat unggul
- Berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalahmengalami peningkatan pada siklus I nilai rata-rata Berpikir kritis siswa sebesar 40% tergolong dalam kriteria lamban, pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 22% menjadi 62% tergolong dalam kriteria setara dan pada siklus III terjadi peningkatan sebesar 17% menjadi 79% dan tergolong dalam kriteria sangat unggul
- Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalahmengalami peningkatan pada siklus I nilai rata-rata Hasil belajar siswa sebesar 63% tergolong dalam kriteria setara, pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 14% menjadi 77% tergolong dalam kriteria sangat unggul dan pada siklus III terjadi peningkatan sebesar 6% menjadi 83% dan tergolong dalam kriteria sangat unggul
DAFTAR PUSTAKA
Alita, K. U., Koeswanti, H. D., & Sri Giarti, S. 2019. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Sdn Ledok 5 Tahun Pelajaran 2018/2019. Jurnal Basicedu, 3(1)
Cony R Semiawan. 2009. Kreativitas Keberbakatan. Jakarta: PT Indeks.
Cut E.P., Agus W. 2017. Upaya peningkatan hasil belajar fisika siswa melalui penerapan model pembelajaran problem based learning (pbl). Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika. Vol. 2 No.1.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hasmiati., Oslan J., & Rachmawaty. 2018. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa. Prosiding Seminar Nasional Biologi dan Pembelajarannya.
Leny Dhianti Haeruman, Wardani Rahayu, L. A. 2017. Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan SelfConfidence Ditinjau Dari Kemampuan Awal Maematis Siswa SMA di Bogor Timur. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran Matematika, 10(2), 157–168.
Sanjaya, Wina. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Sari, M., Susiswo, & Nusantara, T. 2017. Pengembangan LKS Menggunakan Model Problem Creating Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII SMP. Jurnal Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Malang, 2(6), 773–779
Sugrah, N., Saraha, A. R., & Djumat, H. H.(2017). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 4 Kota Ternate. J. Saintifik@MIPA, 1(1).
Utami, N. B., Kristin, F., & Anugraheni, I. 2019. Application Of Problem Based Learning Learning Models To Improve Mathematical Learning Results And Critical Students. Pionir: Jurnal Pendidikan, 8(1).
Yuan, H., dkk. 2008. Promoting Critical Thinking Skills Through Problem-Based Learning. CMU.Journal of Soc. Sci. and Human.,2(2).